PEREKONOMIAN INDONESIA
ANALISIS PEMBANGUNAN EKONOMI
DAERAH
KOTA TARAKAN,
KALIMANTAN UTARA
“Tugas
ini disusun guna memenuhi Ujian Tengah Semester Perekonomian Indonesia”
DISUSUN
OLEH :
Dinda
Ayu Wulan Maghfiroh (15510082)
MANAJEMEN
FAKULTAS
EKONOMI
UNIVERSITAS
ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG
2017
BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
- Latar Belakang
Kondisi perekonomian secara makro baik sebuah negara maupun daerah sangat
diperlukan untuk ditinjau dan dievaluasi karena berkaitan dengan arah
pembangunan ekonomi dan dalam menjaga stabilitas ekonomi. Pembangunan ekonomi diarahkan
dengan maksud untuk menjaga dan memelihara perkembangan serta pertumbuhan
sebagaimana yang diharapkan; di mana bagi setiap negara maupun daerah lazimnya
dicantumkan dalam indikator utama pembangunan. Stabilitas perekonomian secara
makro penting untuk secara kontinyu dijaga dan dipelihara agar tidak mengganggu
perjalanan pembangunan ekonomi.
Perekonomian daerah secara makro biasanya diupayakan untuk dikondisikan
pada suatu tingkat perkembangan dalam rangka mencapai target pembangunan yang
ditetapkan. Sebagai contoh: dalam berbagai dokumen perencanaan baik Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Nasional dan daerah maupun yang telah dikondisikan
pada rencana pembangunan jangka menengah nasional dan daerah beberapa indikator
ekonomi makro seperti antara lain: PDB/PDRB, pendapatan perkapita, distribusi
pendapatan, pengangguran vs kesempatan kerja, kemiskinan, target inflasi, dan
investasi. Khususnya Kota Tarakan disamping keterkaitan dari tingkat nasional,
juga harus dipadukan dengan tingkat Provinsi.
Sehubungan dengan uraian di atas, dalam rangka mendukung perkembangan
perekonomian daerah, penulisan ini akan menyajikan analisis data perekonomian
regional khususnya Pemerintah Kota
Tarakan.
- Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang akan dibahas dalam penulisan ini diantaranya
adalah sebagai berikut:
- Bagaimana
otonomi daerah di Kota Tarakan?
- Bagaimana
nilai PDRB Kota Tarakan dalam 5 tahun terakhir?
- Bagaimana
distribusi pendapatan dan kemiskinan di Kota Tarakan?
- Bagaimana
nilai APBN Kota Tarakan dalam 5 periode ini?
- Bagaimana
perkembangan sektor pertanian di Kota Tarakan?
- Bagaimana
pembangunan ekonomi daerah di Kota Tarakan?
- Apa
saja permasalahan utama kondisi ekonomi di daerah Tarakan dan bagaimana
solusinya?
- Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
- Untuk
mengetahui otonomi daerah di Kota Tarakan
- Untuk
mengetahui nilai PDRB Kota Tarakan dalam 5 tahun terakhir
- Untuk
mengetahui distribusi pendapatan dan kemiskinan di Kota Tarakan
- Untuk
mengetahui nilai APBN Kota Tarakan dalam 5 periode ini
- Untuk
mengetahui perkembangan sektor pertanian di Kota Tarakan
- Untuk
mengetahui pembangunan ekonomi daerah di Kota Tarakan
- Untuk
mengetahui permasalahan utama kondisi ekonomi di daerah Tarakan dan
bagaimana solusinya
BAB II
ISI
- Analisis Otonomi Daerah
Otonomi daerah berasal dari kata Oto
(auto) yang berarti sendiri dan Nomoi (nomos) yang
beratiaturan/Undang-undang yang
berarti mengatur sendiri, wilayah atau bagian negara atau kelompok yang
memerintah sendiri. Dalam tata
perintahan otonomi diartikan sebagai mengurus dan mengatur rumah tangga
sendiri.
Otonomi dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945
Pasal 18 menyatakan otonomi daerah merupakan prinsip daerah mengatur dan
mengurus sendiri pemerintahannya menurut asas otonomi dan tugas pembantuan (menegaskan pemerintah daerah adalah
pemerintah otonomi dalam NKRI).
Dalam UUD 1945 Pasala 18 juga menjelaskan bahwa dalam otonomi daerah
tidak boleh melebihi batas-batas yang telah ditentukan negara sebagai aturan nasional
yaitu, urusan pemerintahan yang
oleh UU ditentukan sebagai urusan pemerintah pusat (politik luar negeri,
pertahanan, keamanan, yustisi, moneter dan fiskal, agama).
Tarakan atau juga dikenal sebagai Bumi Paguntaka, berada pada sebuah
pulau kecil yang terletak di bagian utara sebelah timur Pulau Kalimantan,
sekarang masuk Provinsi Kalimantan Utara. Semboyan dari kota Tarakan adalah
Tarakan Kota (Bersih, Aman, "BAIS" Indah, Sehat dan Sejahtera).
Letak dan posisi yang strategis telah mampu menjadikan kecamatan Tarakan
sebagai salah satu sentra Industri di wilayah Kalimantan Timur bagian utara (sekarang Kalimantan Utara)
sehingga Pemerintah perlu untuk meningkatkan statusnya menjadi Kota
Administratif sesuai dengan Peraturan Pemerintah No.47 Tahun 1981.
Kebijakan Otonomi Daerah berdasarkan
Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah merupakan
kebijakan yang lahir dalam rangka menjawab dan memenuhi tuntutan reformasi akan
demokratisasi hubungan pusat dan daerah serta upaya pemberdayaan daerah.
Otonomi Daerah menurut Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 dipahami sebagai
kewenangan daerah otonom untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat
setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat sesuai dengan
peraturan perundang-undangan. Oleh karena itu, dapat disimpulkan di sini bahwa
inti dari Otonomi Daerah adalah demokratisasi dan pemberdayaan. Demokratisasi
yang ingin dimunculkan adalah dalam upaya mewujudkan good governance.
Dengan otonomi daerah dapat mengubah perilaku sebagian masyarakat Indonesia
yang sebelumnya hanya terfokus pada pemerintah pusat.
Pemekaran daerah di Indonesia menurut UU no. 32
Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah adalah pembentukan wilayah administratif
baru di tingkat provinsi maupun kota dan kabupaten dari induknya.
Desentralisasi merupakan salah satu elemen penting dalam pelaksanaan kebijakan
desentralisasi dan otonomi daerah, yaitu pembentukan daerah yang pada dasarnya
dimaksudkan untuk meningkatkan pelayanan publik guna mempercepat kesejahteraan
masyarakat dan Daya Saing Daerah.
Pemekaran wilayah atau pembentukan daerah otonomi baru
semakin marak sejak disahkannya UU No 22 Tahun 1999 tentang Otonomi Daerah yang
kemudian direvisi menjadi UU No 32 Tahun 2004. Hingga Desember 2008 telah
terbentuk 215 daerah otonom baru yang terdiri dari tujuh provinsi, 173
kabupaten, dan 35 kota. Dengan demikian total jumlahnya mencapai 524 daerah
otonom yang terdiri dari 33 provinsi, 398 kabupaten, dan 93 kota. Berikut
adalah pemekaran kabupaten dan kota di Indonesia yang sebenarnya sudah
berlangsung sejak 1991 (Sumber : Kemendagri.go.id)
Tarakan ini merupakan salah satu kota dari privinsi yang
baru dibentuk oleh Indonesia, yakni Kalimantan Utara sebagai bentuk pemekaran
daerah. Salah satu daerah otonom baru (DOB) yang
disahkan oleh DPR menjadi provinsi ke 34 di Indonesia. Provinsi baru ini
diharapkan dapat mencegah pencaplokan pulau-pulau Indonesia oleh Malaysia. Salah
satu alasan pengesahan kebijakan ini adalah untuk memperpendek rentang kendali
pemerintah kepada masayarakat di Kalimantan utara sebagai wilayah yang
berbatasan langsung dengan Malaysia. Sehingga diharapkan bisa mengangkat harkat
dan martabat masyarakat tidak saja masyarakat Kalimantan Utara, tetapi
masyarakat Indonesia secara umum.
Khusus pembentukan Provinsi Kalimatan Utara, yang
menjadi provinsi ke-34 di Indonesia yang berbatasan langsung dengan negara
Malaysia, Komisi II berharap pencaplokan pulau seperti terjadi pada tahun 2002
tidak akan terjadi lagi. Berdasarkan prinsip efektifitas, perlu adanya tindakan
nyata dari pemerintah yang berdampak pada rawannya pencaplokan daerah baik
darat maupun laut.
- Analisis PDRB
Perencanaan pembangunan ekonomi, memerlukan bermacam data statistik
sebagai dasar dalam menentukan strategi kebijakan, agar sasaran pembangunan
dapat dicapai dengan tepat. Berbagai data statistik yang bersifat kuantitatif
diperlukan untuk memberikan gambaran tentang keadaan pada masa yang lalu dan
masa kini, serta sasaran-sasaran yang akan dicapai pada masa yang akan datang.
Pada hakekatnya, pembangunan ekonomi adalah serangkaian usaha dan
kebijakan yang bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat, memperluas
lapangan kerja, memeratakan distribusi pendapatan masyarakat, meningkatkan
hubungan ekonomi regional dan melalui pergeseran kegiatan ekonomi dari sektor
primer ke sektor sekunder dan tersier. Dengan perkataan lain arah dari
pembangunan ekonomi adalah mengusahakan agar pendapatan masyarakat naik,
disertai dengan tingkat pemerataan yang sebaik mungkin.
Untuk mengetahui tingkat dan pertumbuhan pendapatan masyarakat, perlu
disajikan statistik Pendapatan Nasional/Regional secara berkala, untuk
digunakan sebagai bahan perencanaan pembangunan nasional atau regional
khususnya di bidang ekonomi.
Angka-angka pendapatan nasional/regional dapat dipakai juga sebagai
bahan evaluasi dari hasil pembangunan ekonomi yang telah dilaksanakan oleh
berbagai pihak, baik pemerintah pusat/daerah, maupun swasta.
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan nilai tambah bruto
seluruh barang dan jasa yang tercipta atau dihasilkan di wilayah domestik suatu
negara yang timbul akibat berbagai aktivitas ekonomi dalam suatu periode
tertentu tanpa memperhatikan apakah faktor produksi yang dimiliki residen atau
nonresiden. Penyusunan PDRB dapat dilakukan melalui 3 (tiga) pendekatan yaitu
pendekatan produksi, pengeluaran, dan pendapatan yang disajikan atas dasar
harga berlaku dan harga konstan (riil).
PDRB atas dasar harga berlaku atau dikenal dengan PDRB nominal disusun
berdasarkan harga yang berlaku pada periode penghitungan, dan bertujuan untuk
melihat struktur perekonomian. Sedangkan PDRB atas dasar harga konstan (riil)
disusun berdasarkan harga pada tahun dasar dan bertujuan untuk mengukur
pertumbuhan ekonomi.
Adapun ruang
lingkup kategori dan sub kategori dalam laporan PDRB diantaranya adalah:
- Pertanian,
kehutanan, dan perikanan
a.
Pertanian, Peternakan, Perburuan, dan Jasa pertanian
b.
Kehutanan dan Penebangan Kayu
c.
Perikanan
- Pertambangan
dan Penggalian
a.
Pertambangan Minyak, Gas dan Panas Bumi
b.
Pertambangan Batu-bara dan Lignit
c.
Pertambangan Bijih Logam
d.
Pertambangan dan Penggalian Lainnya
- Industri
Pengolahan
a.
Industri Pengolahan Batubara dan Pengilangan Minyak dan
Gas Bumi
b.
Industri Makanan dan Minuman
c.
Industri Pengolahan Tembakau
d.
Industri Tekstil dan Pakaian Jadi
e.
Industri Kulit, Barang dari Kulit, dan Alas Kaki
f.
Industri Kayu, Barang dari Kayu dan Gabus, dan Barang
Anyaman
g.
Industri Kertas dan Barang dari Kertas, Percetakan, dan
Reproduksi Media Rekam
h.
Industri Kimia, Farmasi, dan Obat Tradisional
i.
Industri Karet, Barang dari Karet, dan Plastik
j.
Industri Barang Galian Bukan Logam
k.
Industri Logam Dasar
l.
Industri Barang Logam, Komputer, Barang Elektronik,
Optik, dan Peralatan Listrik
m.
Industri Mesin dan Perlengkapan
n.
Industri Alat
Angkutan
o.
Industri Furnitur
p.
Industri Pengolahan Lainnya, Jasa Reparasi, dan
Pemasangan Mesin dan Peralatan
- Pengadaan
Listrik dan Gas
a.
Ketenagalistrikan
b.
Pengadaan Gas dan Produksi Es
- Pengadaan
Air, Pengelolaan Sampah, dan Daur Ulang
- Konstruksi
- Perdagangan
Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor
a.
Perdagangan, Reparasi dan Perawatan Mobil dan Sepeda
Motor
b.
Perdagangan Besar dan Eceran, Bukan Mobil dan Sepeda
Motor
- Transportasi
dan Pergudangan
a.
Angkutan Rel
b.
Angkutan Darat
c.
Angkutan Laut
d.
Angkutan Sungai, Danau, dan Penyeberangan
e.
Angkutan Udara
f.
Jasa Penunjang Angkutan, Pergudangan dan Pos dan Kurir
- Penyediaan
Akomodasi dan Makan Minum
a.
Penyediaan Akomodasi
b.
Penyediaan Makan dan Minum
- Informasi
dan Komunikasi
- Jasa
Keuangan dan Asuransi
a.
Jasa Perantara Keuangan
b.
Asuransi dan Dana Pensiun
c.
Jasa Keuangan Lainnya (Pegadaian, lembaga pembiayaan,
dll)
d.
Jasa Penunjang Keuangan (Bursa efek, manajemen
investasi, dll)
- Real
Estat
- Jasa
Perusahaan
- Administrasi
Pemerintah; Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib
- Jasa
Pendidikan
- Jasa
Kesehatan dan Kegiatan Sosial
- Jasa
Lainnya (Kesenian, hiburan, dll)
Gejolak pasar global yang terjadi mulai tahun 2013, secara langsung telah
memberikan dampak terhadap perekonomian Kota Tarakan. Hal ini dapat dilihat dari penciptaan nilai
PDRB di Kota Tarakan, meskipun meningkat
namun tidak setinggi peningkatan periode sebelumnya. Secara total (dengan
migas) PDRB Kota Tarakan yang tercipta pada tahun 2015 mencapai 21,3 triliun
rupiah dan jika komoditi minyak dan gas bumi (migas) dihilangkan (PDRB Tanpa
Migas) mencapai 20,3 triliun rupiah. Secara riil ekonomi Tarakan masih tumbuh
3,98 persen (dengan migas) atau 4,22 persen (tanpa migas).
1.
Struktur Ekonomi
Kota Tarakan sebagai kota pendidikan, perdagangan dan
jasa, struktur perekonomian Kota Tarakan tidak lagi didominasi oleh usaha
berbasis sumberdaya alam, melainkan didominasi usaha sekunder dan tersier, hal
ini terlihat dari besarnya peranan masing-masing Lapangan Usaha ini terhadap
pembentukan PDRB Kota Tarakan. Sumbangan terbesar pada tahun 2015 dihasilkan
oleh Lapangan Usaha Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Motor
(21,21%), Lapangan Usaha Konstruksi (14,60%), Lapangan Usaha Transportasi dan Pergudangan (13,52%);
Lapangan Industri Pengolahan, Lapangan Usaha Pertanian, Kehutanan dan
Perikanan, dimana masing-masing memberikan kontribusi lebih dari 10 persen,
sedangkan kategori lapangan usaha lainnya peranan kurang dari 8 persen.
2. Pertumbuhan Ekonomi
Perekonomian Kota Tarakan sejak tahun
2010-2015 selalu meningkat, namun demikian laju pertumbuhannya sedikit
berfluktuatif. Pada tahun 2010-2011 mengalami pertumbuhan yang cukup signifikan
yaitu 11,49 persen, tahun 2012 mengalami sedikit perlambatan menjadi 10,08
persen, tahun 2013 lebih melambat lagi dibandingkan tahun 2012 menjadi 7,67
persen. Sedangkan dalam 2 tahun terakhir juga masih mengalami perlambatan;
menjadi 7,64 persen pada tahun 2014 dan tahun 2015 menjadi 3,98 persen (dengan
migas) dan 4,22 persen (tanpa migas).
Selama tahun 2015, ada 7 Kategori
mengalami pertumbuhan lebih dari 5 persen; ada 8 kategori pertumbuhannya dibawah
5 persen dan ada 2 kategori yang mengalami kontraksi. Pertumbuhan ekonomi
tertinggi dicapai oleh Lapangan Usaha
Jasa Pendidikan sebesar 8,02 persen. Disusul pertumbuhan Lapangan Usaha Jasa
Kesehatan dan Kegiatan Sosial sebesar 7,53 persen; Transportasi dan Pergudangan
dan Jasa Lainnya masing-masing tumbuh 6,90 persen dan 6,42 persen pada tahun
2015. Demikian juga Kategori Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum dan Informasi
dan Komunikasi juga tumbuh positif diatas 6 persen. Sedangkan 2 kategori yang
mengalami kontraksi yaitu Jasa perusahaan dan Administrasi Pemerintahan,
Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib, masing-masing tumbuh minus 2,59 persen dan
1,24 persen.
3. PDRB Perkapita
PDRB perkapita merupakan salah satu
indikator yang diturunkan dari angka PDRB. Angka tersebut di dapat dengan cara
membagi angka PDRB suatu tahun dengan jumlah penduduk pertengahan tahun yang
ada di di daerah itu. PDRB Perkapita yang menunjukkan nilai PDRB per kepala
atau per satu orang penduduk bukanlah alat untuk mengukur kesejahteraan karena
nilai PDRB tersebut belum tentu dimiliki oleh penduduk wilayah tersebut.
Pada tahun 2015, PDRB perkapita Kota
Tarakan mencapai 90,42 juta rupiah (dengan migas) dan 86,18 juta rupiah (tanpa
migas). Pertumbuhan PDRB perkapita dari 2010-2015 selalu mengalami peningkatan.
Ini berarti bahwa perekonomian Kota Tarakan terus berkembang seiring dengan
perkembangan penduduknya.
Tabel dibawah ini memperlihatkan nilai
PDRB perkapita menurut lapangan usaha. Nilai tersebut di dapat dengan cara
membagi masing-masing nilai tambah bruto pada setiap lapangan usaha dengan
penduduk pertengahan tahun. Terlihat bahwa nilai PDRB per kapita Kota Tarakan
mayoritas disumbang oleh lapangan usaha Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi
Mobil dan Sepeda Motor; Konstruksi; Transportasi dan Pergudangan; Industri
Pengolahan dan Lapangan Usaha Pertanian, Kehutanan dan Perikanan.
- Analisis Distribusi Pendapatan dan Kemiskinan
Kesenjangan ekonomi atau ketimpangan distribusi pendapatan merupakan
sebuah realita yang ada di tengah-tengah masyarakat dunia baik di Negara yang
maju maupun Negara berkembang yang juga merupakan isu penting untuk di tinjau
dan perlu adanya berbagai upaya dari pemerintah dalam mengambil kebijakan guna
meningkatkan pembangunan ekonomi masyarakat, serta peningkatan taraf hidup
masyarakat melalui berbagai macam usaha dalam rangka peningkatan distribusi
pendapatan dari berbagai macam aspek yang ada.
Masalah distribusi pendapatan telah lama menjadi persoalan yang rumit
dalam pelaksanaan pembangunan ekonomi yang dilaksanakan oleh sejumlah
Negara-negara berkembang seperti di Indonesia. Masalah distribusi pendapatan
ini mengandung dua aspek. Aspek pertama adalah bagaimana menaikkan
kesejahteraan masyarakat yang masih berada dibawah garis kemiskinan, sedangkan
aspek yang kedua adalah pemerataan pendapatan secara menyeluruh dalam arti
mempersepit perbedaan tingkat pendapatan antar penduduk.
Salah satu cara dalam meningkatkan distribusi pendapatan adalah dengan
adanya pelaksanaan pembangunan ekonomi Gant Suryono, 2001 menyatakan, bahwa
pembangunan ekonomi merupakan suatu proses yang menyebabkan pendapatan
perkapita penduduk atau suatu masyarakat meningkat dalam jangka panjang. Oleh
karena itu perlu adanya pelaksanaan pembangunan ekonomi secara berkelanjutan
dan dilakukan dengan baik, sebab dengan pelaksanaan pembangunan ekonomi, akan
mendorong pertumbuhan ekonomi dan peningkatan distribusi pendapatan bagi
masyarakat.
Kota Tarakan terletak di kuadran III dengan rata-rata pertumbuhan ekonomi
dan pengurangan kemiskinan di bawah rata-rata provinsi (low growth, less
pro-poor). Kinerja pembangunan daerah tersebut menegaskan bahwa pemerintah
daerah harus bekerja keras untuk mendorong percepatan pembangunan ekonomi melalui
peningkatan produkvititas sektor atau kegiatan ekonomi yang mampu menyerap
tenaga kerja secara lebih besar dari golongan miskin. Selain itu, pemerintah
daerah juga dituntut untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi berbagai
kebijakan dan program pengurangan kemiskinan.
Jumlah penduduk total di Provinsi
Kalimantan Utara pada tahun 2012 mencapai 571.551 jiwa. Penduduk terbanyak
berada di Kota Tarakan yang mencapai 210.504 jiwa yang diikuti oleh Kabupaten
Nunukan (154. 308 jiwa), Bulungan (121.323 jiwa), Malinau (68.337 jiwa) dan
terakhir Tana Tidung (17.079 jiwa).
Laju pertumbuhan penduduk di Kota Tarakan
rata-rata mencapai 3.9% per tahun pada periode 2010-2012. Tingginya laju
pertumbuhan penduduk kota Tarakan menggambarkan tingkat imigrasi yang tinggi
dipicu oleh tumbuhnya kegiatan ekonomi di Kota tersebut. Laju pertumbuhan
penduduk yang tinggi akan memicu permintaan terhadap lahan, sehingga hal ini
perlu memperoleh perhatian karena semakin terbatasnya lahan di Kota Tarakan. Total angkatan kerja Kota Tarakan
mencapai 93.800 jiwa atau sekitar 36% dari total angkatan kerja Provinsi
Kalimantan Utara. Sedangkan dari sisi angka pengangguran, Kota Tarakan memiliki
tingkat pengangguran 8,26% (7.748). Berikut adalah tabel yang menggambarkan
jumlah penduduk yang miskin di seluruh kabupaten/kota di Kalimantan Utara,
dimana jumlah tertinggi terdapat di Kota Tarakan sebanyak, 17,66 ribu pada
tahun 2014.
Ketimpangan pendapatan dalam pendistribusiannya menyebabkan terjadi
kesenjangan antar golongan pendapatan, dimana besar kecilnya pendapatan yang
diterima tentu sangat berpengaruh pada pola kehidupan masyarakat yang ada di
Kota Tarakan. Dengan adanya perbedaan dalam pendistribusian pendapatan tingkat
pendapatan masyarakat akan berbeda-beda pula pengeluaran tiap keluarga yang
pada akhirnya akan berpengaruh pada jumlah pendapatan masing-masing masyarakat
sesuai klasifikasi pola mata pencaharian.
Berikut adalah tingkat kemiskinan dan pengangguran
di Kota Tarakan pada tahun 2009-2013:
Tahun
|
Kemiskinan
|
Pengangguran
|
(1)
|
(2)
|
(3)
|
2009
|
9,65
|
9,11
|
2010
|
10,23
|
9,45
|
2011
|
8,41
|
10,14
|
2012
|
7,95
|
8,26
|
2013
|
7,90
|
7,09
|
- Analisis Penerimaan dan Pengeluaran Pemerintah (APBD)
Evaluasi APBD secara keseluruhan dilakukan untuk mendapatkan hasil
analisis yang menunjukkan relevansi dan efektivitas APBD dalam penanggulangan
kemiskinan. Analisis dilakukan dengan melakukan evaluasi terhadap besaran APBD
dengan melihat struktur anggaran yang menyangkut besaran pendapatan dan
belanja, sumber-sumber pendapatan, kapasitas fiskal, derajat otonomi fiskal,
dan pembagian proporsi belanja APBD antara belanja langsung dan belanja tidak
langsung.
Dari kapasitas fiskal dan derajat otonomi fiskal yang ditunjukkan dengan
besaran Pendapatan Asli Daerah (PAD) maka dapat terlihat kemandirian suatu
daerah. Artinya, semakin mandiri suatu daerah maka semakin kecil ketergantungan
daerah terhadap transfer pemerintah pusat sehingga daerah bias lebih fleksibel
dalam perencanaan dan penganggaran untuk menjalankan program dan kegiatan
penanggulangan kemiskinan.
Struktur APBD dianalisis menurut perkembangan
pendapatan dan belanja dalam beberapa tahun serta melihat komposisi komponen
pendapatan maupun belanjanya.
Berikut ini adalah tabel rincian APBD Kota Tarakan tahun Anggaran 2015:
Dengan melihat komposisi tersebut maka
keberlanjutan pembiayaan program dan/atau kegiatan akan berjalan secara
efektif, dan secara garis besar dapat dilihat kemampuan Pemerintah Kota Tarakan
dalam membiayai program dan/atau kegiatan serta memilih kebijakan belanjanya
secara efektif meskipun belum dapat dilihat ketepatan dalam perspektif
penanggulangan kemiskinan. Ketepatan tersebut akan dilihat dari berapa jumlah
belanja sosial (Bansos), belanja investasi dan lain-lain.
- Perkembangan Sektor Pertanian dan Industry
Hasil ST2013 (Sensus pertanian 2013) menunjukkan bahwa usaha pertanian di
Kota Tarakan didominasi oleh jenis usaha rumah tangga. Hal ini tercermin dari
besarnya jumlah rumah tangga usaha pertanian jika dibandingkan dengan
perusahaan pertanian berbadan hukum atau usaha pertanian lainnya, yaitu selain
rumah tangga dan perusahaan pertanian berbadan hukum. Jumlah rumah tangga usaha pertanian di Kota Tarakan
hasil ST2013 tercatat sebanyak 7.629 rumah tangga, meningkat sebesar 27,36
persen dari hasil Sensus Pertanian 2003 (ST2003) yang tercatat sebanyak 5.990
rumah tangga. Sedangkan jumlah perusahaan pertanian berbadan hukum hasil ST2013
di Kota Tarakan tercatat sebanyak 10 perusahaan.
Berdasarkan hasil ST2013, Kecamatan Tarakan Timur
tercatat sebagai kecamatan dengan jumlah rumah tangga usaha pertanian
terbanyak, yaitu sebanyak 2.671 rumah tangga. Sedangkan Kecamatan Tarakan
Tengah tercatat sebagai kecamatan dengan jumlah rumah tangga pertanian paling
sedikit yakni sebesar 1.123 rumah tangga. Peningkatan jumlah rumah tangga usaha
pertanian terbesar terjadi di Kecamatan Tarakan Utara, dengan pertumbuhan
jumlah rumah tangga usaha pertanian sebesar 71,46 persen.
ST2013 mencatat bahwa jumlah rumah tangga usaha pertanian terbanyak di
Kota Tarakan adalah di Subsektor Perikanan baik budidaya perikanan maupun
penangkapan ikan. Jumlah rumah tangga usaha pertanian Subsektor Perikanan
(budidaya ikan) adalah sebanyak 3.300 rumah tangga dan jumlah rumah tangga
usaha pertanian Subsektor Perikanan (penangkapan ikan) adalah sebanyak 2.146
rumah tangga.
Subsektor Kehutanan memiliki jumlah rumah tangga usaha paling sedikit
diantara subsektor lainnya di Sektor Pertanian. Subsektor Kehutanan terdiri
dari kegiatan Budidaya Tanaman Kehutanan, Penangkatan Satwa/Tumbuhan, serta
Pemungutan Hasil Hutan dan Penangkapan Satwa dimana secara keseluruhan hasil
ST2013 menunjukkan bahwa jumlah rumah tangga usaha Subsektor Kehutanan sebanyak
82 rumah tangga.
Penurunan jumlah rumah tangga usaha pertanian terbesar
hasil ST2013 dibandingkan ST2003 terjadi di Subsektor Jasa Pertanian, yang
mencapai 31,97 persen (234 rumah tangga). Sedangkan pada periode yang sama,
Subsektor Peternakan mengalami peningkatan jumlah rumah tangga usaha pertanian
tertinggi, yaitu tercatat sebesar 122,61 persen (949 rumah tangga).
- Subsektor Tanaman Pangan
Usaha Subsektor Tanaman Pangan meliputi
usaha tanaman padi dan palawija. Berdasarkan hasil ST2013, diketahui bahwa
rumah tangga tanaman pangan di Kota Tarakan didominasi oleh rumah tangga yang
mengelola palawija. Di Kota Tarakan, pada subsektor tanaman pangan didominasi
oleh rumah tangga usaha pertanian yang mengelola komoditas palawija yakni
sebanyak 801 rumah tangga. Sedangkan rumah tangga yang mengelola tanaman pangan
di Kota Tarakan hanya sebanyak 38 rumah tangga.
Secara umum, Kecamatan Tarakan Utara
merupakan kecamatan yang memiliki banyak rumah tangga pertanian yang
mengusahakan Subsektor Tanaman Pangan yang mencapai 46,14 persen (383 rumah
tangga) dan diikuti oleh Kecamatan Tarakan Barat yang mencapai 28,67 persen
(238 rumah tangga). Sedangkan kecamatan yang paling sedikit rumah tangga yang
mengusahakan pertanian Subsektor Tanaman Pangan adalah Kecamatan Tarakan Tengah
(95 rumah tangga atau 11,44%)
Jenis tanaman padi di Indonesia terdiri
dari padi sawah dan padi ladang. Jenis padi sawah lebih banyak diusahakan oleh
rumah tangga bila dibandingkan dengan padi ladang. Menurut data ST 2013, di
Kota Tarakan terdapat 36 rumah tangga usaha pertanian yang mengelola tanaman
padi sawah, sedangkan padi ladang hanya dikelola oleh 3 rumah tangga usaha
pertanian.
Selain tanaman padi dan ladang ada pula tanaman
palawija yang meliputi kelompok biji-bijian, kacang-kacangan, dan umbi-umbian.
Dari 7 komoditas utama palawija yang ditanam di Kota Tarakan, ubi kayu
merupakan komoditas yang paling banyak ditanam oleh rumah tangga palawija di
Kota Tarakan diikuti oleh komoditas jagung dan ubi jalar. Jumlah rumah tangga
usaha pertanian yang mengelola tiga komoditas utama ini masing-masing adalah
579 rumah tangga, 338 rumah tangga, dan 38 rumah tangga. Sedangkan komoditas
palawija yang paling sedikit ditanam adalah kedelai dan talas yang
masing-masing hanya dikelola oleh 3 rumah tangga dan 5 rumah tangga.
- Subsektor Hortikultura
Berdasarkan jenis tanaman, tanaman
hortikultura dibedakan menjadi tanaman tahunan dan semusim. Tanaman
hortikultura tahunan adalah tanaman hortikultura yang umur tanamannya lebih
dari satu tahun, sedangkan tanaman yang umurnya kurang dari satu tahun
digolongkan menjadi tanaman hortikultura semusim. Tanaman hortikultura (tahunan
dan semusim) meliputi buah-buahan, sayuran, obatobatan, dan tanaman hias.
Menurut hasil ST2013, kelompok tanaman
hortikultura yang paling banyak diusahakan oleh rumah tangga usaha hortikultura
di Kota Tarakan adalah kelompok tanaman buah-buahan 67,13 persen (1250 rumah
tangga) dan yang paling sedikit diusahakan adalah kelompok tanaman hias (22
rumah tangga). Jika melihat perbandingan antara jumlah rumah tangga usaha
tanaman hortikultura tahunan dan semusim dapat dilihat bahwa untuk kelompok
tanaman buah-buahan, jenis tanaman tahunan lebih banyak diusahakan dibandingkan
dengan tanaman semusim.
- Subsektor Perkebunan
Hasil pencacahan lengkap Sensus Pertanian
2013 menunjukkan jumlah rumah tangga usaha pertanian Subsektor Perkebunan di
Kota Tarakan sebanyak 596 rumah tangga. Rumah tangga yang mengusahakan tanaman
tahunan jauh lebih banyak dibandingkan jumlah yang mengusahakan tanaman
semusim. Sebanyak 589 rumah tangga mengusahakan tanaman tahunan, sementara
jumlah rumah tangga yang mengusahakan tanaman semusim sebanyak 16.
Rumah tangga usaha pertanian Subsektor
Perkebunan terbanyak di Kota Tarakan
berada di Kecamatan Tarakan Utara, yaitu sebanyak 247 rumah tangga. Rumah tangga
yang paling banyak mengusahakan tanaman
tahunan berada di Kecamatan Tarakan Utara (245 rumah tangga), sementara untuk
tanaman semusim paling banyak diusahakan
oleh rumah tangga di Kecamatan Tarakan Timur dan Tarakan Utara (masing-masing 6
rumah tangga).
Rumah tangga usaha pertanian di Kota
Tarakan hanya mengusahakan dua komoditas tanaman perkebunan semusim yakni sereh
wangi dan tebu (ditambah lainnya) dimana rumah tangga usaha perkebunan sereh
wangi sebanyak 10 rumah tangga dan tebu 7 rumah tangga.
- Subsektor Peternakan
Berdasarkan hasil ST2013, rumah tangga
usaha pertanian Subsektor Peternakan memiliki jumlah rumah tangga usaha
terbanyak ketiga (1.723 rumah tangga) di Kota Tarakan setelah Subsektor
Perikanan dan Hortikultura. Ternak yang diusahakan/dipelihara oleh rumah tangga
pertanian dibedakan menjadi empat kelompok, yaitu: kelompok ternak besar
terdiri dari sapi potong, sapi perah, kerbau, dan kuda; kelompok ternak kecil
terdiri dari kambing, domba, dan babi; kelompok unggas terdiri dari ayam lokal
(ayam kampong dan ayam local lainnya), ayam ras petelur, ayam ras pedaging,
itik, dan itik manila; serta kelompok ternak lainnya terdiri dari angsa,
kalkun, burung merpati, burung puyuh, dan kelinci.
- Subsektor
Perikanan
Kegiatan usaha
pertanian di Subsektor Perikanan terdiri dari kegiatan Budidaya Ikan dan
kegiatan Penangkapan Ikan. Dari kedua kegiatan tersebut, hasil ST2013 mencatat
bahwa terdapat 5.446 rumah tangga usaha pertanian di Subsektor Perikanan (satu
rumah tangga dapat melakukan lebih dari satu kegiatan perikanan). Jumlah rumah
tangga yang mengusahakan kegiatan Budidaya Ikan terlihat mendominasi usaha
rumah tangga Subsektor Perikanan.
Berdasarkan hasil ST2013, terdapat sebanyak 3.300 rumah tangga yang
mengusahakan kegiatan Budidaya Ikan dan jumlah rumah tangga yang mengusahakan
kegiatan Penangkapan Ikan adalah sebanyak 2.146 rumah tangga.
Jumlah rumah tangga yang mengusahakan
kegiatan Budidaya Ikan, dapat di rinci ke dalam dua komoditas utama, yaitu
Bukan Ikan Hias dan Ikan Hias. Untuk kelompok bukan ikan hias, budidaya ikan
air laut dengan jenis ikan utama adalah rumput laut terlihat mendominasi
kegiatan budidaya ikan. Hal ini tercermin dari banyaknya jumlah rumah tangga
yang mengusahakan rumput laut sebagai jenis ikan utama, yaitu sebanyak 506
rumah tangga. Selain itu, udang windu
merupakan jenis ikan utama pada kegiatan budidaya ikan di tambak/air payau yang memiliki jumlah rumah tangga terbanyak,
yaitu sebanyak 2.148 rumah tangga. Sedangkan untuk kegiatan budidaya di air
tawar, ikan lele merupakan jenis ikan utama yang paling banyak diusahakan oleh
rumah tangga, yaitu sebanyak 118 rumah tangga.
- Subsektor Kehutanan
Rumah tangga usaha pertanian
Subsektor Kehutanan mencakup ke dalam 4 (empat) jenis kegiatan, yaitu kegiatan
Budidaya Tanaman Kehutanan, Menangkar Satwa/Tumbuhan Liar, Menangkap Satwa
Liar, dan Memungut Hasil Hutan. Hasil ST2013 menunjukkan bahwa terdapat
sebanyak 82 rumah tangga pertanian Subsektor Kehutanan di Kota Tarakan. Dari
sejumlah rumah tangga usaha Subsektor Kehutanan di Kota Tarakan, sebagian besar
rumah tangga memiliki jenis usaha pemungutan hasil hutan (35 rumah tangga) dan
budidaya tanaman kehutanan (31 rumah tangga).
- Permasalahan Utama dalam Ekonomi Daerah dan Solusinya
Permasalahan pembangunan merupakan akar permasalahan pembangunan di
daerah dan mengakibatkan dampak buruk berantai pada pencapaian sasaran
pembangunan yang lain jika tidak segera diperbaiki. Berdasarkan gambaran
kinerja pembangunan wilayah, analisis pembangunan, serta identifikasi permasalahan
yang telah dilakukan, permasalahan utama yang mungkin menjadi tantangan ekonomi
daerah dan solusinya ini adalah sebagai berikut:
- Kurangnya
Sumber Pertumbuhan Ekonomi yang Berkelanjutan
Dari sisi pengeluaran (penggunaan) pendorong utama pertumbuhan ekonomi
Kota Tarakan adalah ekspor dan impor karena tarakan merupakan salah satu kota
yang masuk kedalam wilayah provinsi baru, bentuk pemekaran daerah sehingga
masih saja mengikuti Provinsi Kalimantan Timur, terkait dengan keberadaan
sumber daya alam minyak dan gas bumi di provinsi ini. Peranan ekspor dalam
mendorong pertumbuhan ekonomi daerah sangat tinggi dan dominan. Nilai ekspor
dan impor yang tinggi mengindikasikan aktivitas investasi lebih banyak berasal
dari luar daerah, sedangkan investasi domestik relatif belum berkembang.
Pertumbuhan ekonomi yang terlalu bertumpu pada ekspor sangat rentan
terhadap gejolak ekonomi dunia. Kontraksi sektor-sektor yang berorientasi
ekspor berpotensi diikuti pengurangan tenaga kerja yang dapat berakibat pada
meningkatnya pengangguran di daerah. Tantangan yang harus dihadapi adalah
mendorong terciptanya keseimbangan sumber-sumber pertumbuhan khususnya dengan
meningkatkan peran investasi (pembentukan modal tetap bruto) dalam perekonomian
daerah.
- Rendahnya
Kualitas dan Kuantitas Infrastruktur Wilayah
Dari segi kualitas, jalan di Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2014 dengan
kondisi baik adalah 60 persen. Permasalahan yang sering mengemuka yaitu
kerusakan jalan. Hal ini tentu menjadi penghambat peningkatan produktivitas
sektor pertanian dan menimbulkan ekonomi biaya tinggi bagi pengembangan
industri lokal. Kondisi jalan yang buruk akan meningkatkan waktu tempuh
perjalanan dan membengkakkan biaya distribusi barang antar daerah, yang pada
gilirannya menghambat perekonomian daerah. Pemerintah haru melakukan upaya
peningkatan kualitas jaringan jalan di Provinsi Kalimantan Utara.
- Rendahnya
Kualitas Sumber Daya Manusia
Semakin tinggi kualitas sumber daya manusia di suatu daerah, semakin
produktif angkatan kerja, dan semakin tinggi peluang melahirkan inovasi yang
menjadi kunci pertumbuhan secara berkelanjutan. Kualitas sumber daya manusia di
Kalimantan Utara yang ditunjukkan melalui nilai IPM relatif baik namun harus
ditingkatkan karena berada di bawah IPM.
Adapun solusi yang bisa dilakukan dalam menangani permasalahan ekonomi
diatas adalah:
a. Pendidikan
Pendidikan merupakan sarana dalam menyiapkan sumberdaya manusia untuk
pembangunan. Penyelenggaraan pendidikan di daerah terpencil akan mampu
menjembatani kesenjangan budaya di masyarakat melalui budaya belajar di
sekolah. Karena pembangunan sektor pendidikan di Kalimantan Utara memiliki
peran penting dan strategis. Program wajib belajar 9 tahun dan 12 tahun,
GerakanNasional Orang Tua Asuh(GNOTA), dan berbagai program pendukung lainnya
adalah bagian dari upaya pemerintah mempercepat peningkatan kualitas SDM.
Peningkatan SDM lebih difokuskan pada pemberian kesempatan luas pada penduduk
untuk menikmati pendidikan terutama kelompok usia sekolah.
b. Kesehatan
Faktor kesehatan merupakan salah satu kebutuhan penting untuk pembangunan
manusia. Penyediaan fasilitas kesehatan menjadi salah satu upaya dalam
meningkatkan pembangunan kesehatan di Provinsi Kalimantan Utara. Pembangunan
sektor Kesehatan meliputi seluruh siklus atau tahapan kehidupan manusia. Bila
pembangunan kesehatan berhasil dengan baik, secara langsung atau tidak langsung
akan meningkatkan kesejahteraan. Peningkatan jumlah pelayanan kesehatan
diperlukan untuk memenuhi kesehatan sekaligus mengurangi biaya kesehatan di
Kalimantan Utara. Jumlah dokter, tenega medis, paramedis, non teknis medis
terus meningkat, sementara jumlah dokter umum jumlahnya 237 orang pada tahun
2012 meningkat menjadi 270 orang pada tahun 2013.
Salah satu upaya pemerintah dalam
mengatasi masalah kesehatan masyarakat adalah dengan membangun atau memperbaiki
fasilitas kesehatan. Pemerintah Provinsi Kalimantan Utara telah menyediakan
sarana dan prasarana untuk pelayanan kesehatan dengan baik, yaitu penyediaan
rumah sakit, puskesmas, puskesmas pembantu, posyandu, dan tenaga medis yang
mencukupi. Sasaran pembangunan kesehatan di Provinsi Kalimantan Utara antara
lain program peningkatan sarana prasaran alat RS rujukan regional di RSUD
Tarakan.
Untuk masalah gizi buruk, di Kalimantan Utara masih terdapat kasus kurang
gizi di beberapa daerah. Gizi buruk disebabkan kurangnya pengetahuan dari orang
tua mengenai asupan gizi anak. Untuk menekan angka balita gizi buruk diperlukan
kerjasama lintas sektor diantaranya Badan Pemberdayaan Masyarakat Desa (BPMD).
Pemantauan kesehatan balita juga dapat dideteksi lebih awal melalui layanan
posyandu. Selain itu, peningkatan angka kecukupan gizi harus sejalan dengan
peningkatan kesejahteraan keluarga. Program prioritas yang harus dilakukan
terkait dengan pembangunan kesehatan harus menyeluruh dari penurunan AKB,
peningkatan gizi masyarakat,jaminan kesehatan ibu hamil, serta pelatihan tenaga
medis.
c. Perumahan
Arah kebijakan pada sasaran pembangunan perumahan adalah meningkatkan
akses masyarakat berpendapatan rendah terhadap hunian yang layak, aman, terjangkau
serta didukung oleh penyediaan prasarana, sarana, dan utilitas yang memadai.
Kebutuhan rumah layak huni di Kalimantan Utara sangat besar, mengingat masih
banyaknya penduduk yang belum meiliki rumah yang layak ditempati, kepemilikan
pemukiman yang belum tertata, serta terdapat keterbatasan lahan yang disebabkan
oleh kondisi fisik wilayah Kalimantan Utara. Pemenuhan hunian yang layak dengan
didukung oleh prasaran, sarana, dan utilitas yang memadai perlu mendapatkan
perhatian khusus. Kegiatan pembinaan dan bantuan teknis pembiayaan perumahan
bagi masyarakat dapat meningkatkan dan mendorong pemberdayaan masyarakat serta
membina peran swasta juga para pemangku kepentingan dalam pembangunan perumahan
dan kawasan permukiman.
Indikator perkembangan infrastruktur kesehatan di Kalimantan Utara
menunjukkan peningkatan hingga tahun 2014. Jumlah rumah tangga dengan lantai
rumah bukan tanah sudah hampir mencapai 100 persen, namun ketersediaan air
minum dan sanitasi layak masih di bawah rata-rata nasional. Ketersediaan
fasilitas air ledeng untuk perumahan masih menjadi kendala di beberapa daerah
di Kalimantan Utara. Hal ini menyebabkan banyak rumah tangga yang memilih air
kemasan sebagai sumber air minumnya. Persentase rumah tangga yang menggunakan
air kemasan (bermerk/isi ulang) semakin meningkat dan yang menggunakan air
Permasalahan dalam penyelenggaraan air minum dan sanitasi adalah minimnya
keberlanjutan sarana dan prasarana yang telah terbangun, semakin terbatasnya
sumber air baku untuk air minum dan kurang optimalnya sinergi pembangunan air
minum dan sanitasi. Minimnya keberlanjutan sarana dan prasarana disebabkan oleh
belum optimalnya kesadaran dan pemberdayaan masyarakat, keterlibatan aktif
pemerintah daerah baik dari aspek regulasi maupun pendanaan, serta penerapan
manajemen aset. Penyediaan layanan sanitasi belum tersinergikan dengan
penyediaan layanan air minum sebagai upaya pengamanan air minum untuk pemenuhan
aspek 4K (kuantitas, kualitas, kontinuitas dan keterjangkauan). Belum
optimalnya pembangunan prasarana dasar pada permukiman yang dibangun menjadi
salah satu faktor pendorong pertumbuhan kawasan kumuh di perkotaan
d. Mental/karakter
Pembangunan karakter melalui pendidikan dalam masyarakat merupakan upaya
meningkatkan sikap mental untuk meningkatkan nilai etis diterapkan dalam
kehidupan seharihari. Karakter mengacu pada kebiasaan berpikir, bersikap,
berbuat dan memotivasi kehidupan seseorang. Karakter erat kaitannya pola
tingkah laku dan kecenderungan untuk berbuat baik. Dalam hal ini perlu adanya
usaha mengadakan pendidikan baik formal maupun informal di lingkungan tempat
tinggal untuk menggerakkan perubahan yang terjadi. Pembangunan wilayah
Kalimantan Utara menuntut perubahan sikap mental manusia yang selain merupakan
sarana untuk mencapai tujuan pembangunan juga merupakan salah satu tujuan utama
pembangunan itu sendiri. Semua elemen masyarakat berperan serta dalam membangun
karakter bangsa, di antaranya melalui media massa, pada akademisi, tokoh adat,
dan melalui peran organisasi kepemudaan.
Proses penanaman karakter yang dilakukan melalui pendidikan formal di
sekolah meliputi pengembangan bentuk pembelajaran substantif yang materinya
terkait langsung dengan nilai, serta melalui pendidikan keagamaan. Peran
lembaga adat juga dapat memberikan pemahaman tentang kearifan lokal yang
memiliki nilai positif untuk pembangunan.
Pengembangan mental dan karakter bangsa membutuhkan peran serta
masyarakat baik melalui pendidikan keluarga, pendidikan sekolah, serta
organisasi kemasyarakatan. Untuk menjamin kesejahteraan sosial keterlibatan
pemuda dipelukan untuk mendorong proses pembelajaran serta membangun komitmen
bersama dalam pembangunan. Pengembangan karakter pemuda dapat dilakukan melalui
lembaga sosial dan organisasi kemasyarakatan karena keterlibatan pemuda dalam
hal ini sangat tinggi.
Tantangan yang dihadapi dalam mengembangkan organisasi kepemudaan adalah
adanya sifat dan karakter dari generasi muda yang tidak relevan dengan norma
kehidupan masyarakat. Melalui peran organisasi-organisasi ini pengembangan
karakter yang positif dapat dilakukan untuk menghindari masalah negatif dalam
internal maupun eksternal organisasi. Pemuda memiliki rasa tanggung jawab dalam
membangun daerahnya untuk kepentingan masyarakat. Pendidikan karakter bersifat
menanamkan kebiasaan dan hal yang baik. Melalui media sekolah, tempat ibadah,
serta organisasi masyarakat kebiasaan langsung dipraktekkan.
Kalimantan Utara memiliki potensi sumber daya besar pada wilayah pesisir
dan laut. Hal ini didukung dengan wilayah teritorial perairan yang luas,
sekaligus memiliki potensi berbagai jenis biota laut yang bernilai ekonomi
tinggi. Sektor perikanan dan kelautan menjadi salah satu sektor unggulan di
Provinsi Kalimantan Utara, yang terdiri atas perikanan tangkap dan budidaya.
Sebagian besar produksi perikanan di Provinsi merupakan perikanan budidaya
laut. Hasil perikanan budidaya di Kalimantan Utara selain budidaya laut
meliputi budidaya tambak, kolam, karamba, jaring apung dan sawah (mina padi)
dengan hasil produksi yang kecil.
Tantangan yang
dihadapi dalam mengembangkan sektor perikanan di Kalimantan Utara antara lain
belum terpadunya usaha penangkapan ikan, tambak ikan, serta budidaya perikanan
lainnya, dan penggunaan teknologi penangkapan dan pengolahan hasil ikan yang
belum memadai. Strategi yang dapat dilakukan untuk mengembangkan perekonomian
berbasis kelautan ini antara lain pemberian kredit mikro kepada nelayan,
peningkatan kualitas produk perikanan di pasar lokal dan untuk ekspor, dan
pengembangan industri yang berasal dari produk olahan ikan. Pengembangan sektor
kelautan ini harus dilakukan secara konsisten dan berkelanjutan agar memberikan
dampak yang besar bagi pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan kesejahteraan
rakyat.
BAB III
PENUTUP
Tarakan merupakan salah satu kota dari privinsi yang
baru dibentuk oleh Indonesia, yakni Kalimantan Utara sebagai bentuk pemekaran
daerah. Salah satu daerah otonom baru (DOB) yang
disahkan oleh menjadi provinsi ke 34 di Indonesia. Provinsi baru ini diharapkan
dapat mencegah pencaplokan pulau-pulau Indonesia oleh Malaysia. Salah
satu alasan pengesahan kebijakan ini adalah untuk memperpendek rentang kendali
pemerintah kepada masayarakat di Kalimantan utara sebagai wilayah yang
berbatasan langsung dengan Malaysia. Sehingga diharapkan bisa mengangkat harkat
dan martabat masyarakat tidak saja masyarakat Kalimantan Utara, tetapi
masyarakat Indonesia secara umum.
Secara total (dengan migas) PDRB Kota Tarakan yang
tercipta pada tahun 2015 mencapai 21,3 triliun rupiah dan jika komoditi minyak
dan gas bumi (migas) dihilangkan (PDRB Tanpa Migas) mencapai 20,3 triliun
rupiah. Secara riil ekonomi Tarakan masih tumbuh 3,98 persen (dengan migas)
atau 4,22 persen (tanpa migas).
Kota Tarakan terletak di kuadran III dengan rata-rata pertumbuhan ekonomi
dan pengurangan kemiskinan di bawah rata-rata provinsi (low growth, less
pro-poor). Kinerja pembangunan daerah tersebut menegaskan bahwa pemerintah
daerah harus bekerja keras untuk mendorong percepatan pembangunan ekonomi
melalui peningkatan produkvititas sektor atau kegiatan ekonomi yang mampu
menyerap tenaga kerja secara lebih besar dari golongan miskin. Selain itu,
pemerintah daerah juga dituntut untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi
berbagai kebijakan dan program pengurangan kemiskinan.
Realisasi belanja Tarakan berkisar antara 70%
- 80% dari anggarannya, sedangkan realisasi pendapatan mengalami peningkatan
dari tahun 2010 - 2012, yaitu 106%, 123%, dan 127% dari anggaran yang telah
ditetapkan. Realisasi pembiayaan netto dari tahun 2010 - 2012 adalah 100%,
101%, dan 109% dari anggaran yang telah ditetapkan.
Hasil ST2013 (Sensus pertanian 2013) menunjukkan bahwa usaha pertanian di
Kota Tarakan didominasi oleh jenis usaha rumah tangga. ST2013 mencatat bahwa
jumlah rumah tangga usaha pertanian terbanyak di Kota Tarakan adalah di
Subsektor Perikanan baik budidaya perikanan maupun penangkapan ikan.
Permasalahan utama yang menjadi tantangan ekonomi
daerah adalah kurangnya sumber pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan,
rendahnya kualitas dan kuantitas infrastruktur wilayah, rendahnya kualitas SDM,
masalah pendidikan, kesehatan, juga karakter dari masyarakat itu sendiri.
Sumber:
0 komentar:
Posting Komentar